Mengenal Tentang Penyakit DBD
Friday, December 07, 2012
Add Comment
Pak endang meninggal setelah mengalami sakit DBD.keluarganya hanya menangis sedih mengingat kejadian yang tak pernah mereka duga.soalnya beberapa hari ini pak endang terlihat biasa dan sehat tapi mungkin tuhan berkehendak lain hingga dia harus di panggil sama yang maha kuasa.beginilah kronologis kejadiannya.
Saat panas hari ke 1-2 pak endang berturut-turut dibawa ke dokter dan
hanya dikatakan menderita infeksi tenggorokan.Selama rawat jalan saat
hari ke 3 diagnosis berubah menjadi gejala tifus. Selanjutnya pada hari
ke 5 dinyatakan meninggal karena penyakit DBD hanya berselang beberapa
jam setelah masuk rumah sakit. Tampaknya kasus ini terjadi karena
deteksi dini dan tanda bahaya DBD tidak dipahami dengan baik. Dalam
musim penghujan ini, kembali penyakit DBD mengganas dimana-mana.
Bagaimana agar DBD khususnya pada anak dapat diketahui secara dini?
Tanda bahaya apakah yang harus dicurigai agar tidak terjadi
keterlambatan?
Memasuki musim penghujan ini, di Indonesia kasus DBD seringkali
mengalami peningkatan jumlah kasus. Masyarakat awam, bahkan seorang
dokter yang ahli pun kadang sulit mendeteksi lebih awal diagnosis DBD.
Gejala awal DBD tidak khas, hampir semua infeksi akut pada awal
penyakitnya menyerupai DBD. Gejala khas seperti perdarahan pada kulit
atau tanda perdarahan lainnya kadang terjadi hanya di akhir periode
penyakit. Tragisnya bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka
kondisi penderita sulit diselamatkan. Perjalanan penyakitnya sangat
cepat, dalam beberapa hari bahkan dalam hitungan jam penderita bisa
masuk dalam keadaan kritis. Untuk menghindari keterlambatan diagnosis
DBD, perlu diketahui deteksi dini dan tanda bahaya DBD.
Diagnosis DBD menurut kriteria WHO (World Health Organization)
ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinik berupa demam, pembesaran
hati, perdarahan, syok disertai penurunan trombosit dan peningkatan
hematokrit. Namun diagnosis tersebut ditegakkan secara lengkap biasanya
sudah mendekati fase akhir penyakit.
Penyakit DBD adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat
infeksi dengan virus dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari
infeksi virus dengue dapat berupa “Demam Dengue(DD)” atau “Demam
Berdarah Dengue (DBD)”. DD tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa
seperti DBD. Biasanya kasus seperti ini sering diistilahkan masyarakat
awam sebagai gejala demam berdarah. Sebenarnya dalam penanganannya tidak
perlu dirawat di rumah sakit. DD tidak akan berubah menjadi DBD. Jadi,
pendapat yang mengatakan bahwa bila penanganan tidak baik dan terlambat
mengakibatkan DD akan menjadi DBD adalah tidak benar.
Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan,
trombosit menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada
DBD trombosit yang menurun sangat drastis hingga kurang dari 90.000,
perdarahan yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak napas
karena adanya cairan di rongga paru (efusi pleu
DETEKSI DINI PENYAKIT DBD
Deteksi dini DBD pada anak perlu diketahui karena bila terjadi
keterlambatan penyakit ini sangat fatal. Gejala awal penyakit ini hampir
sama dengan penyakit infeksi virus lainnya. Tetapi ada beberapa
karakteristik klinis yang bisa diamati untuk mencurigai penyakit DBD.
Beberapa gejala yang diwaspadai adalah bila demam yang timbulnya
mendadak, langsung tinggi di atas 390C. Begitu mendadaknya,
sering kali dalam praktik sehari-hari terdengar cerita bahwa saat
melepas anak berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat. Tetapi saat
di sekolah mendadak terdapat keluhan demam tinggi. Gejala khas yang
dicurigai biasanya anak tampak lemas, loyo, tidak mau bermain di bawah,
minta gendong dan tidur terus menerus sepanjang hari. Bila lemasnya
hanya saat demam tinggi, tetapi begitu demam turun anak aktif lagi
biasanya tidak harus dikawatirkan dan merupakan hal yang wajar. Biasanya
pada hari ke 3 demam sedikit menurun namun hari ke IV dan ke V
meningkat lagi akhirnya hari ke VI demam membaik. Selain itu harus
dicurigai bila panas tidak disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan
atau di lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit flu.
Harus diwaspadai juga bila dalam beberapa waktu terakhir di sekitar
rumah ada yang mengalami penyakit DBD. Atau, dalam waktu dekat
sebelumnya pernah ada fogging (pengasapan), karena bila ada fogging
biasanya ada penderita DBD di sekitarnya. Gejala perdarahan bukan
dianggap sebagai tanda untuk mendeteksi awal penyakit, karena gejala
itu lebih jelas timbul saat fase akhir penyakit.
TANDA BAHAYA
Bila pada awal deteksi dini sudah dicurigai DBD, harus dimonitor
dengan ketat tanda bahaya yang bisa terjadi. Tanda bahaya yang harus
diketahui pada penyakit DBD adalah tanda perdarahan berlebihan pada
kulit (bintik merah), hidung, gusi atau berak darah warna kehitaman dan
berbau. Tanda bahaya lainnya adalah bila panas yang berangsur dingin,
tetapi anak tampak loyo dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan
atau kaki dingin. Gejala yang dingin ini sering dianggap anak telah
sembuh, padahal merupakan tanda bahaya. Kondisi tersebut mengakibatkan
orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas kesehatan
terdekat. Tanda bahaya lain yang menyertai adalah penampilan anak tampak
sangat gelisah, tidak mau makan minum sama sekali, kesadarannya
menurun, kejang dan napas sesak. Pada keadaan tersebut penderita harus
segera dibawa ke dokter, bila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti syok, perdarahan kepala, perdarahan hebat di seluruh
tubuh (Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) atau gangguan fungsi
otot jantung. Dalam keadaan ini penderita biasanya sulit untuk
diselamatkan
Seringkali orang tua disalahkan karena keterlambatan membawa anaknya
ke dokter. Orangtua tersebut menolak pendapat ini karena sejak hari
pertama dan ke dua panas anak selalu kontrol ke dokter. Tetapi panas
hari ke 1 – 2 tidak bisa terdeteksi gejala demam berdarah dan tidak ada
penanganan secara khusus. Manifestasi berbahaya biasanya justru timbul
pada panas hari ke 3 – 5. Keterlambatan penanganan yang terjadi justru
saat keterlambatan dalam memonitor saat periode tersebut. Bila tanda
bahaya itu terjadi maka jangan ditunda harus segera ke dokter atau ke
rumah sakit terdekat. Jadi monitor tanda bahaya dan tindakan penting
harus dilakukan saat panas hari ke 3 - 5.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah
tepi atau sering diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil
laboratorium yang khas adalah terjadi peningkatan kadar hemoglobin (hb)
dan peningkatan hematokrit (hct) disertai penurunan trombosis kurang
dari 150.000. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga
ke-5 panas. Pemeriksaan darah pada panas hari ke 1 – 2 tidak bermanfaat
dan malah menyesatkan karena hasilnya masih dalam normal. Hasil normal
tetapi bukan berarti bebas DBD atau belum menyingkirkan diagnosis DBD.
Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari ke-3, ke-4,
dan hari ke-5. Bila dicurigai DBD, pemeriksaan darah mungkin terus
dilakukan pada hari ke 4 dan ke 5,. Pada hari ke-6 dan selanjutnya akan
meningkat terus kembali ke nilai normal. Peningkatan jumlah trombosit
secara drastis timbul setelah hari ke-6.
Selama ini masyarakat awam selalu kawatir bila trombositnya menurun.
Sebenarnya dalam monitoring hasil pemeriksaan darah yang penting bukan
hanya jumlah trombosit. Meski trombosit sangat rendah tetapi tidak
menimbulkan perdarahan tidak harus dikhawatirkan dan tidak perlu
penambahan tranfusi trombosit. Hal penting lainnya dan sering diabaikan
adalah peningkatan jumlah hematokrit atau kekentalan darah. bila
hematokrit meningkat, pertanda terjadi kebocoran plasma atau cairan dari
dalam pembuluh darah. Hal ini yang sering mengakibatkan syok atau
tekanan darah menurun.
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan
serologi dengue blot (imunoglobulin G dan imunoglobulin M). Pemeriksaan
ini selain tidak spesifik tetapi juga harganya relatif mahal. Pada
keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini sebenarnya
tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan
ini sering membantu menunjang menegakkan diagnosis DBD. Hasil
pemeriksaan dengue blot positif dapat terjadi pada penyakit DBD dan DD.
Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai
sebagai penyakit tifus. Pada penderita DBD sering ditemukan juga
peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah identifikasi antibodi
tubuh terhadap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan
kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid pada minggu
awal panas biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal
tersebut. Bila hasil pemeriksaan widal meningkat tinggi pada awal minggu
pertama, tidak harus dicurigai sebagai penyakit tifus. Sebaiknya
pemeriksaan Widal dilakukan saat panas pada akhir minggu pertama atau
awal minggu ke 2.
Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit ini adalah self limiting disease atau
penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan secara umum
adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan
glukosa. Pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti
air buah atau minuman yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan
cairan pada penderita DBD. Paling penting adalah bukan mengobati, tetapi
pencegahan penyakit. Paling tidak melakukan deteksi dini penyakit
berbahaya ini secara cermat dan benar.
Begitulah kronologisnya jadi kita semua mesti paham dan peduli tentang kesehatan dan semoga artikel ini sangat bermanfaat.
0 Response to "Mengenal Tentang Penyakit DBD"
Post a Comment