Tips Hubungan Di Saat Hamil
Thursday, March 21, 2013
Add Comment
Bolehkah wanita yang
sedang hamil melakukan hubungan seksual? Pertanyaan ini sering
menghantui pasangan suami-istri. Bahkan tak jarang pasangan tak
melakukan hubungan seksual
selama istri hamil karena rasa takut yang tak beralasan.
Menurut ahli andrologi dan seksologi, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Hubungan seksual saat hamil tetap diperbolehkan. Tapi, pada tiga bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sesering seperti biasanya, ujar peneliti di bidang reproduksi dan seksualitas manusia ini. Pasalnya, jika hubungan seksual dipaksakan pada masa tiga bulan pertama usia kehamilan, di khawatirkan bias terjadi keguguran spontan.
Selain tiga bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual saat tiga bulan sebelum melahirkan. Sebab menurut Wimpie, dikhawatirkan mengalami kehamilan dini.
Memang, lanjut Wimpie lebih jauh, keguguran bias disebabkan banyak hal. Misalnya trauma pada perut, penyakit, atau karena hal-hal ringan seperti nutrisi yang kurang bagus. Selain itu, keguguran juga bias diakibatkan oleh kekejangan otot rahim. Nah, kekejangan otot rahim bias terjadi karena benturan, misalnya karena jatuh. Di sisi lain, kekejangan otot rahim juga bias terjadi karena hubungan seksual.
Kok bias? Pada saat wanita mencapai orgasme, terjadi kekejangan pada otot seluruh tubuh, termasuk otot rahim. Nah kekejangan otot rahim yang terlalu kuat inilah yang menyebabkan keguguran. Tak jarang wanita yang tengah hamil mengalami pendarahan setelah berhubungan seksual.
Lebih jauh dijelaskan Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG dari RSPAD Gatot Subroto, bahwa didalam pembuluh rahim terdapat pembuluh darah yang masuk ke ari-ari. Pembuluh darah inilah yang menyuplai oksigen ke bayi. Nah, pada saat wanita orgasme, pembuluh darah inilah terjepit. Akibatnya, dikhawatirkan suplai oksigen ke bayi akan terhambat. Tapi, selama kontraksi yang terjadi tak berkepanjangan, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Karena itulah, wanita yang pernah mengalami keguguran juga disarankan lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual saat hamil. Bahkan, kalau mungkin dihindari.
Yang perlu diperhatikan bagi pasangan suami-istri ialah hubungan seksual tak bias dilakukan hanya demi kepentingan salah satu pihak. Entah itu pihak suami maupun istri semata. Dengan begitu, penting bagi pasangan untuk mengatur kapan saat berhubungan seksual. Dengan kata lain, disesuaikan kondisi pasangan.
Saat istri hamil, tentu lebih dipikirkan adalah kondisi pihak wanita. Pria harus menyadari, wanita juga memiliki dorongan seksual. Suami juga sebaiknya tahu, saat hamil wanita merasakan beban. Beban ini bisa mengakibatkan dua hal. Mungkin saja beban itu bisa mengurangi dorongan seksual atau justru malah meningkatkan dorongan seksualnya.
Biasanya, saat wanita hamil muda, sebagian wanita kehilangan keinginan seksualnya. Khusus bagi wanita yang selama hamil memiliki efek samping kehamilan, seperti muntah-muntah berlebihan, tak ada nafsu makan atau tekanan darah yang meningkat. Nah, biasanya dalam kondisi seperti itu, dorongan seksual wanita akan terhambat.
Tapi pada wanita yang lain, dorongan seksualnya justru meningkat saat usia kehamilan muda. Ini biasanya dialami wanita yang tetap sehat dan tak mengalami efek kehamilan seperti yang dialami sebagian wanita hamil lain.
Selama kondisi mereka sehat, tak mengalami muntah-muntah, nafsu makan baik, dan tekanan darahnya normal, dorongan seksual wanita hamil biasanya akan tetap atau bahkan meningkat. Peningkatan dorongan seksual ini terjadi karena aliran darah ke vagina semakin banyak, sehingga wanita merasakan kehangatan di vaginanya.
Saat kehamilan mendekati waktu melahirkan, pada umumnya dorongan seksual wanita akan hilang. Pasalnya, saat itu mulai timbul ras sakit di rahim, serta semakin besarnya beban yang semakin berat dipikul karena kehamilan yang semakin membesar.
Pada situasi seperti ini suami seharusnya bisa memperhitungkan antara dorongan seksualnya dan dorongan seksual istri. Termasuk mempertimangkan kondisi kesehatan istri. Jika gangguan masih terjadi pada istri, suami harus bisa mengendalikan dorongan seksualnya untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Sebagai istri tak menuntut melakukan hubungan seksual karena kondisinya, maka suami pun harus juga bisa mengerti masalah yang dihadapi istrinya. Salah satu cara untuk mengurangi resiko yang mungkin timbul adalah mengurangi frekwensi hubungan seksual. Atau dalam keadaan betul-betul diperlukan, wanita tidak orgasme, meski menyiksa.
Factor lain yang juga patut mendapatkan perhatian adalah perlunya mengatur posisi hubungan. Apalagi jika wanita sedang dalam kondisi hamil tua. Perut yang semakin membuncit tentu tak bisa lagi memberikan keleluasaan bagi wanita untuk melakukan hubungan seksual dalam berbagai posisi.
Dalam keadaan hamil muda, semua posisi mungkin masih bisa dilakukan, meski tentu tetap perlu diatur. Pasalnya, meskipun kandungan belum terlalu besar, tapi bagi sebagian wanita tetap menjadi hambatan.
Saat usia kehamilan sudah diatas 7 bulan, biasanya sudah muncul hambatan karena rahim sudah membesar. Jika posisi diaksakan, tentu akan membebani istri. Karena itu, dalam keadaan hamil besar, sebaiknya hubungan dilakukan dengan pria pada posisi di belakang wanita.
Hubungan dilakukan sambil berbaring miring menghadap satu arah. Selain lebih mengurangi ketidaknyamanan wanita, posisi ini juga mengurangi tekanan pada dinding rahim. Yang jadi masalah, tak selalu mudah melakukan penetrasi dari belakang.
Bagaimana dengan posisi lain? Bisa-bisa saja dicoba tetap kemungkinan besar akan membebani pihak wanita. Missal, hubungan dilakukan sambil duduk dan wanita berdiri diatas pria. Tapi, wanita bisa terlalu payah untuk memaksakan hubungan seksual dengan posisi ini. Jelasnya, posisi hubungan seks yang disarankan untuk wanita hamil antara lain:
Ada sebagian orang berteori, hubungan seksual pada usia kehamilan tua akan mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan pada otot rahim. Yang terjadi ialah pria mengalami ejakulasi dan sperma masuk ke vagina. Di dalam sperma terdapat prostaglandin, yakni hormone yang bisa menimbulkan kontraksi. Bagian dari prostaglandin ini memang bisa menyebabkan kekejangan otot rahim, meski kontraksinya tak cukup besar untuk menimbulkan kekejangan. Justru kekejangan lebih sering dan lebih kuat karena orgasme.
Jadi, selama tak menjadi beban buat istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah. Lain hal jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan demi memuaskan suami, bisa-bisa hanya akan menjadi beban untuknya.
Intinya, hubungan seksual yang baik adalah hubungan yang dilakukan demi kepentingan bersama antara suami dan istri.
selama istri hamil karena rasa takut yang tak beralasan.
Menurut ahli andrologi dan seksologi, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Hubungan seksual saat hamil tetap diperbolehkan. Tapi, pada tiga bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sesering seperti biasanya, ujar peneliti di bidang reproduksi dan seksualitas manusia ini. Pasalnya, jika hubungan seksual dipaksakan pada masa tiga bulan pertama usia kehamilan, di khawatirkan bias terjadi keguguran spontan.
Selain tiga bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual saat tiga bulan sebelum melahirkan. Sebab menurut Wimpie, dikhawatirkan mengalami kehamilan dini.
Memang, lanjut Wimpie lebih jauh, keguguran bias disebabkan banyak hal. Misalnya trauma pada perut, penyakit, atau karena hal-hal ringan seperti nutrisi yang kurang bagus. Selain itu, keguguran juga bias diakibatkan oleh kekejangan otot rahim. Nah, kekejangan otot rahim bias terjadi karena benturan, misalnya karena jatuh. Di sisi lain, kekejangan otot rahim juga bias terjadi karena hubungan seksual.
Kok bias? Pada saat wanita mencapai orgasme, terjadi kekejangan pada otot seluruh tubuh, termasuk otot rahim. Nah kekejangan otot rahim yang terlalu kuat inilah yang menyebabkan keguguran. Tak jarang wanita yang tengah hamil mengalami pendarahan setelah berhubungan seksual.
Lebih jauh dijelaskan Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG dari RSPAD Gatot Subroto, bahwa didalam pembuluh rahim terdapat pembuluh darah yang masuk ke ari-ari. Pembuluh darah inilah yang menyuplai oksigen ke bayi. Nah, pada saat wanita orgasme, pembuluh darah inilah terjepit. Akibatnya, dikhawatirkan suplai oksigen ke bayi akan terhambat. Tapi, selama kontraksi yang terjadi tak berkepanjangan, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Karena itulah, wanita yang pernah mengalami keguguran juga disarankan lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual saat hamil. Bahkan, kalau mungkin dihindari.
Yang perlu diperhatikan bagi pasangan suami-istri ialah hubungan seksual tak bias dilakukan hanya demi kepentingan salah satu pihak. Entah itu pihak suami maupun istri semata. Dengan begitu, penting bagi pasangan untuk mengatur kapan saat berhubungan seksual. Dengan kata lain, disesuaikan kondisi pasangan.
Saat istri hamil, tentu lebih dipikirkan adalah kondisi pihak wanita. Pria harus menyadari, wanita juga memiliki dorongan seksual. Suami juga sebaiknya tahu, saat hamil wanita merasakan beban. Beban ini bisa mengakibatkan dua hal. Mungkin saja beban itu bisa mengurangi dorongan seksual atau justru malah meningkatkan dorongan seksualnya.
Biasanya, saat wanita hamil muda, sebagian wanita kehilangan keinginan seksualnya. Khusus bagi wanita yang selama hamil memiliki efek samping kehamilan, seperti muntah-muntah berlebihan, tak ada nafsu makan atau tekanan darah yang meningkat. Nah, biasanya dalam kondisi seperti itu, dorongan seksual wanita akan terhambat.
Tapi pada wanita yang lain, dorongan seksualnya justru meningkat saat usia kehamilan muda. Ini biasanya dialami wanita yang tetap sehat dan tak mengalami efek kehamilan seperti yang dialami sebagian wanita hamil lain.
Selama kondisi mereka sehat, tak mengalami muntah-muntah, nafsu makan baik, dan tekanan darahnya normal, dorongan seksual wanita hamil biasanya akan tetap atau bahkan meningkat. Peningkatan dorongan seksual ini terjadi karena aliran darah ke vagina semakin banyak, sehingga wanita merasakan kehangatan di vaginanya.
Saat kehamilan mendekati waktu melahirkan, pada umumnya dorongan seksual wanita akan hilang. Pasalnya, saat itu mulai timbul ras sakit di rahim, serta semakin besarnya beban yang semakin berat dipikul karena kehamilan yang semakin membesar.
Pada situasi seperti ini suami seharusnya bisa memperhitungkan antara dorongan seksualnya dan dorongan seksual istri. Termasuk mempertimangkan kondisi kesehatan istri. Jika gangguan masih terjadi pada istri, suami harus bisa mengendalikan dorongan seksualnya untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Sebagai istri tak menuntut melakukan hubungan seksual karena kondisinya, maka suami pun harus juga bisa mengerti masalah yang dihadapi istrinya. Salah satu cara untuk mengurangi resiko yang mungkin timbul adalah mengurangi frekwensi hubungan seksual. Atau dalam keadaan betul-betul diperlukan, wanita tidak orgasme, meski menyiksa.
Factor lain yang juga patut mendapatkan perhatian adalah perlunya mengatur posisi hubungan. Apalagi jika wanita sedang dalam kondisi hamil tua. Perut yang semakin membuncit tentu tak bisa lagi memberikan keleluasaan bagi wanita untuk melakukan hubungan seksual dalam berbagai posisi.
Dalam keadaan hamil muda, semua posisi mungkin masih bisa dilakukan, meski tentu tetap perlu diatur. Pasalnya, meskipun kandungan belum terlalu besar, tapi bagi sebagian wanita tetap menjadi hambatan.
Saat usia kehamilan sudah diatas 7 bulan, biasanya sudah muncul hambatan karena rahim sudah membesar. Jika posisi diaksakan, tentu akan membebani istri. Karena itu, dalam keadaan hamil besar, sebaiknya hubungan dilakukan dengan pria pada posisi di belakang wanita.
Hubungan dilakukan sambil berbaring miring menghadap satu arah. Selain lebih mengurangi ketidaknyamanan wanita, posisi ini juga mengurangi tekanan pada dinding rahim. Yang jadi masalah, tak selalu mudah melakukan penetrasi dari belakang.
Bagaimana dengan posisi lain? Bisa-bisa saja dicoba tetap kemungkinan besar akan membebani pihak wanita. Missal, hubungan dilakukan sambil duduk dan wanita berdiri diatas pria. Tapi, wanita bisa terlalu payah untuk memaksakan hubungan seksual dengan posisi ini. Jelasnya, posisi hubungan seks yang disarankan untuk wanita hamil antara lain:
- Pria diatas tapi ia miring kesalah satu sisi atau bertahan dengan lengan agar berat badannya tak menekan wanita.
- Wanita diatas tapi hindari penetrasi yang dalam.
- Pria duduk dan wanita di atasnya. Selain tak membebani kehamilan, posisi ini juga memudahkan wanita mengatur irama hubungan sekaligus mengurangi tekanan di dinding rahim.
- Pria-wanita berbaring menghadap satu arah dengan posisi wanita di depan pria. Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
Ada sebagian orang berteori, hubungan seksual pada usia kehamilan tua akan mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan pada otot rahim. Yang terjadi ialah pria mengalami ejakulasi dan sperma masuk ke vagina. Di dalam sperma terdapat prostaglandin, yakni hormone yang bisa menimbulkan kontraksi. Bagian dari prostaglandin ini memang bisa menyebabkan kekejangan otot rahim, meski kontraksinya tak cukup besar untuk menimbulkan kekejangan. Justru kekejangan lebih sering dan lebih kuat karena orgasme.
Jadi, selama tak menjadi beban buat istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah. Lain hal jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan demi memuaskan suami, bisa-bisa hanya akan menjadi beban untuknya.
Intinya, hubungan seksual yang baik adalah hubungan yang dilakukan demi kepentingan bersama antara suami dan istri.
0 Response to "Tips Hubungan Di Saat Hamil"
Post a Comment